Jumat, 21 Februari 2014

PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN KELUARGA MERAWAT LANSIA YANG MENGALAMI DEPRESI



BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, seperti adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) meningkat dan peningkatan ini cenderung lebih cepat (Pudjiastuti, 2003).
      Perkembangan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di dunia, menurut perkiraan World Health Organitation (WHO) sampai tahun 2050 akan meningkat ± 600 juta menjadi 2 milyar lansia, dan Asia merupakan wilayah yang paling banyak mengalami perubahan komposisi penduduk,dan 25 tahun kedepan populasi lansia akan bertambah sekitar 82  persen (http://www.world health ).
      Penduduk lansia di Indonesia tahun 2009 sebesar 19 juta jiwa, dengan usia harapan hidup 66,2 tahun, tahun 2010 sebesar 21,2 juta jiwa, dengan usia harapan hidup 66,8 tahun, tahun 2010 diperkirakan jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan sebesar 28,8 juta jiwa dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. (Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2009).

          Jumlah lansia di Propinsi Bali terjadi peningkatan dari tahun 2007 sebanyak 298.000 orang, tahun 2008 sebanyak 308.000 orang, dan tahun 2009 sebanyak 336.000 orang (Kuswardhani, 2009).
        Lanjut usia (lansia) dikelompokkan menjadi lansia awal yaitu umur  antara 55–74 tahun, lansia pertengahan umur antara 75-84 tahun dan lansia sangat tua umur 85 tahun keatas (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005). Lansia sebagai tahap akhir siklus perkembangan manusia merupakan bagian dari proses alamiah kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagai bagian dari proses penuaan yang normal, seperti berkurangnya ketajaman panca indera, menurunnya daya tahan tubuh merupakan ancaman bagi integritas orang usia lanjut. Hal lain yang sering dihadapi lansia adalah kehilangan peran diri, kedudukan sosial serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Kondisi diatas menyebabkan orang usia lanjut menjadi lebih rentan untuk mengalami problem mental, salah satunya adalah depresi (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005).
Depresi merupakan suatu gangguan afektif yang ditandai dengan hilangnya minat atau kesenangan dalam aktivitas-aktivitas yang biasa dan pada waktu yang lampau.Terjadinya depresi pada usia lanjut merupakan interaksi faktor biologik, psikologik dan sosial. Faktor sosial adalah berkurangnya interaksi sosial, kesepian, berkabung dan kemiskinan dapat mencetuskan depresi. Dituju dari  aspek biologic, usia lanjut, akan mengalami kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel saraf maupun zat neurotransmiter, resiko genetik maupun adanya penyakit tertentu seperti kanker, DM, stroke memudahkan terjadinya gangguan depresi. Sedangkan faktor psikologik yang berperan dalam timbulnya depresi adalah rasa rendah diri, kurang percaya diri, dan masalah kepribadian (Maramis, 2005).
Secara umum insiden depresi pada wanita lebih tinggi dibanding pria adalah 1 : 2 dengan angka morbiditas pada pria adalah 4 - 8 per 1000 kelahiran hidup (Morgan,2000). Pada lansia, prevalensi depresi diperkirakan 15  persen dari populasi usia lanjut dan diduga sekitar 60 persen dari pasien di unit geriatri menderita depresi. Pada tahun 2020 depresi akan menduduki urutan teratas di negara berkembang, termasuk Indonesia (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,2000). Menurut The National Old People's Welfare Council di Inggris yang dikutip oleh Nugroho (2000) menyatakan bahwa depresi merupakan salah satu penyakit atau gangguan umum pada lansia yang menduduki ranking teratas.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kuswardhani (2009) menyatakan jumlah lansia di Propinsi Bali yang mengalami depresi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, tahun 2007 sebanyak 10,2  persen,  tahun 2008 sebanyak 11,8  persen dan tahun 2009 sebanyak 13,5  persen. Saat ini gangguan depresi pada usia lanjut kurang dipahami sehingga banyak kasus depresi pada usia lanjut tidak dikenali dan tidak diobati.
Bentuk tindakan keperawatan yang dapat dilakukan seorang perawat pada lansia dengan depresi dapat diberikan beberapa terapi antara lain: terapi kognitif dan perilaku atau cognitif behavior therapy, reminiscence therapy dan kombinasi Interpersonal Therapy (IPT) dan medikasi. Salah satu terapi kognitif-perilaku (Cognitive BehaviourTherapy/CBT) yang dapat diberikan pada lansia yang mengalami depresi adalah psikoedukasi keluarga (Viedebeck, 2008). Psikoedukasi keluarga adalah salah satu bentuk terapi keluarga yang dapat diberikan kepada lansia dan keluarga (caregiver). Tujuan umum dari pemberian psikoedukasi keluarga adalah terjadinya penurunan intensitas emosi dalam keluarga, meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penyakit melalui edukasi tentang upaya dan tanda gejala dari perilaku yang dapat mendukung kekuatan keluarga (Stuart & Laraia, 2005). Penelitian terkait tentang pengaruh psikoedukasi keluarga  sudah banyak dilakukan antara lain pada klien dengan kondisi penyakit terminal, kondisi penyakit kronik, berduka, depresi, Post Trauma Syndome Distres (PTSD), ketergantungan alkohol, gangguan kepribadian, obsessive compulsive disorderdan Phobia (Bastaman, 2007). Berdasarkan hal tersebut maka psikoedukasi keluarga dapat digunakan sebagai terapi untuk klien yang memiliki masalah depresi.
Keluarga adalah komunitas kecil yang terdekat lansia, keluarga merupakan pendukung utama dalam memberikan perawatan terhadap lansia yang tinggal di rumah, ketika stressor keluarga terjadi maka sistem saling asuh merupakan subjek gangguan, jika gangguan terjadi maka akan muncul kecendrungan untuk timbulnya ketegangan antar pribadi. Stresor ini dapat terjadi di rumah sebagai tempat tinggal klien dan tempat yang paling baik bagi lansia.Jadi disini tampak bahwa lansia yang berada di rumah bersama keluarga juga bisa mengalami depresi dan memerlukan suatu tindakan untuk keluarga dan lansia untuk dalam mengatasi masalah lansia dan keluarga (caregiver) itu sendiri (Friedman, 2010).
Penelitian Family Psyhcoeducation (psikoedukasi keluarga) oleh Wardaningsih (2007) mengemukakan bahwa terdapat pengaruh Family psikoedukasi terhadap beban dan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi. Psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga serta menurunkan beban subjektif keluarga. Penelitian Nurbani (2008) menyatakan bahwa psikoedukasi keluarga dapat menurunkan beban keluarga dalam merawat klien dengan masalah penyakit fisik (stroke), penelitian Sari (2009) menyatakan bahwa Family Psychoeducation dapat menurunkan beban keluarga secara bermakna dan meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor keluarga dalam merawat klien pasung. Berdasarkan ketiga penelitian tersebut menunjukkan bahwa psikoedukasi keluarga sangat dibutuhkan dan berrpengaruh bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga yang memiliki gangguan jiwa maupun masalah psikososial.
Lansia yang mengalami depresi di masyarakat perlu diberikan suatu tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah lansia dan keluarganya. Hal ini sejalan dengan kebijakan tentang kesehatan geriatrik (lansia) di komunitas (Community Based Geriatric Service) yaitu adanya pembinaan kesehatan dan kemampuan untuk mandiri serta pemberdayaan masyarakat, peran keluarga dan masyarakat, kemitraan dengan LSM dan swasta (Kemenkes RI, 2011).
Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan di Puskesmas Selemadeg, pada bulan Januari sampai Februari 2013 dari 719 lansia terdapat 28 (4%) lansia yang mengalami gejala yang mengarah ke depresi terutama karena kelemahan fisik, perubahan kondisi kesehatan pada lansia yang menurun, gangguan komunikasi dan interaksi mengakibatkan lansia tidak mampu melakukan aktivitas sepertibiasa, sangat tergantung kepada anggota keluarga sehingga mengakibatkan lansia cenderung berada di rumah dengan tidak melakukan aktivitas. Selain kepada lansia peneliti juga mewawancarai salah satu anggota keluarga caregiver yang sehari-hari merawat lansia tersebut, dan didapatkan bahwa caregiver mengeluh dengan kondisi lansia yang seperti anak kecil lagi, mudah tersinggung, emosi labil, sering mengeluh gangguan fisik, membutuhkan perhatian lebih. Caregiver yang sehari-hari merawat lansia terkadang hanya membiarkan kondisi lansia tersebut karena menganggap hal yang wajar dialami oleh sebagian besar lansia. Selain itu caregiver tidak tahu bagaimana cara memberikan kebutuhan dan merawat lansia dengan kondisi depresi tersebut.
Data yang peneliti dapatkan di Wilayah kerja Puskesmas Selemadeg, menunjukkan lansia yang berumur > 60 usia tahun terdeteksi cukup banyak sekitar 4% mengalami gangguan mental emosional (Depresi) dan kurang pengetahuan caregiver terkait perubahan lansia karena proses menua, masalah yang dialami lansia dan caregiver maka perlu adanya suatu upaya pelayanan asuhan keperawatan. Salah satu pelayanan asuhan tersebut dapat diberikan melalui terapi keluarga yaitu psikoedukasi keluarga
Berdasarkan uraian di atas mendorong  peneliti untuk mengadakan penelitian tentang “pengaruh psikoedukasi keluarga terhadap  kemampuan keluarga merawat lansia yang mengalami depresi di Puskesmas Selemadeg Tabanan Tahun 2013”.



B.             Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti merumuskan masalah Apakah ada pengaruh psikoedukasi keluarga terhadap kemampuan keluarga merawat lansia yang mengalami depresi di Puskesmas Selemadeg Tabanan Tahun 2013 ?”.
C.            Tujuan Penelitian
1.              Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh psikoedukasi keluarga terhadap kemampuan keluarga merawat lansia yang mengalami depresi.
2.              Tujuan Khusus
a.               Mengidentifikasi kemampuan keluarga merawat lansia yang mengalami depresi sebelum diberikan psikoedukasi.
b.              Mengidentifikasi kemampuan keluarga merawat lansia yang mengalami depresi setelah diberikan psikoedukasi.
c.               Menganalisis pengaruh psikoedukasi keluarga terhadap kemampuan keluarga merawat lansia yang mengalami depresi
D.      Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat antara lain:
1.        Manfaat Praktis
a.         Bagi Institusi Kesehatan (Puskesmas)
Hasil penelitian yang didapatkan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dasar oleh peneliti lain dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan depresi pada lansia
b.        Bagi Perawat Komunitas
Penerapan psikoedukasi keluarga dapat dijadikan sebagai salah satu upaya perawat komunitas dalam melakukan asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami depresi.
2.          Manfaat Teoritis
a.           Dapat digunakan sebagai proses pembelajaran dan menambah khasanah ilmu keperawatan gerontik khususnya di bidang keperawatan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat sebagai acuan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan depresi pada lansia.
b.          Penelitian diharapkan berguna sebagai evidence based untuk penelitian selanjutnya dalam upaya penanganan lansia yang mengalami depresi.
E.       Keaslian Penelitian
Berkaitan dengan judul di atas, peneliti menyampaikan dua penelitian lain sebagai perbandingan. Penelitian tersebut ialah;
1.          Handayani (2003), meneliti tentang Hubungan Tingkat Kemampuan Dalam Aktivitas Dasar Sehari–hari Dengan Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia Yang Tinggal di PSTW Yogyakarta Unit Abiyoso. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi non eksperimental dengan menggunakan rancangan cross sectional, dengan subjek penelitian adalah lansia yang tinggal di PSTW Yogyakarta Unit Abiyoso sebanyak 30 orang. Penelitian ini menggunakan skala L-MMPI, GDS dan Barthel Indeks, Hasil uji statistik didapatkan p = 0.001 < 0,05 menunjukkan ada hubungan antara tingkat kemampuan aktivitas dasar dengan tingkat depresi pada lanjut usia yang  tinggal di PSTW Yogyakarta Unit Abiyoso. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terletak pada variabel terikat dan subyek penelitian, sedangkan perbedaan terletak pada variabel bebasnya, jumlah sampel dan tempat penelitian. Kelemahan penelitian ini adalah peneliti belum optimal bisa menyendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian depresi dan tidak mengumpulkan data tentang karakteristik lansia yang dapat mempengaruhi terjadinya depresi. Kendala yang dihadapi oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini adalah peneliti harus mendampingi responden untuk menjelaskan setiap poin pertanyaan dalam kuesioner, mengingat intrumen yang digunakan merupakan intrumen Bahasa Inggris yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia
2.          Nugraheni (2005), meneliti tentang Pengaruh Terapi Tertawa terhadap Depresi Pada Usia Lanjut di Wirosaban, RW XIV, Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen pretest-posttest. Subjek penelitian adalah lanjut usia yang aktif dalam posyandu lansia di Wirosaban, RW XIV, Sorosutan,Umbulharjo, Yogyakarta sebanyak 43 sampel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah GDS, SPMSQ, dan standar permainan Sumarni (2001), sedangkan hasil yang didapatkan p = 0.003< 0,05 menunjukkan ada perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah dilakukan terapi tertawa. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terletak pada variabel terikatnya, sedangkan perbedaan terletak pada variabel bebas, rancangan penelitian subjek penelitian, jumlah sampel dan instrument penelitian. Kelemahan dari penelitian ini adalah tidak menggunakan kelompok kontrol sehingga hasil penelitian yang dilakukan pada kelompok eksperimen tidak ada pembanding dengan kelompok sampel yang lain. Kendala yang dihadapi oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini adalah Dalam pengumpulan data, tidak semua lansia antusias mengikuti terapi tertawa hal ini mengakibatkan peneliti dan enumerator harus beberapa kali membujuk lansia agar datang saat pelaksanaan terapi tertawa.
3.    Fathra Annis Nauli meneliti tentang pengaruh logoterapi dan psikoedukasi keluarga terhadap depresi dan kemampuan memaknai hidup pada lansia dikelurahan Katulampa Bogor Timur. Perbedaan penelitian terdahulu dan yang akan penulis teliti adalah pada variabel bebas peneliti terdahulu memakai logoterapi dan psikoedukasi keluarga sedangkan penelitian sekarang peneliti menggunakan psikoedukasi keluarganya saja. Persamaan dari penelitian terdahulu dan sekarang yaitu pada variabel terikat sama – sama meneliti pasien yang mengalami depresi pada lansia.

1 komentar:

  1. POIN4D ADALAH SALAH SATU SITUS / BANDAR TOGEL ONLINE YANG AMAN DAN TERPERCAYA!
    BERGABUNG DAN BERMAIN DI POIN4D , ANDA BISA RASAKAN KEPUASAN DAN KENYAMANAAN NYA!
    RAIH DISCOUNT & PROMONYA SEKARANG JUGA!!! BURUAN DAFTAR KUNJUNGI SITUSNYA DISINI LINK :
    www•4DPOIN•com | www•4DPOIN•org | www•4DPOIN•net
    ➖6 PASARAN TOGEL➖
    📽️ LIVE DD48 DINDONG
    ☑ SYDNEY POOLS
    ☑ RAJA AMPAT POOLS
    ☑ SINGAPORE POOLS
    ☑ BALI POOLS
    ☑ IBIZA POOLS
    ☑ HONGKONG POOLS
    ➖➖HADIAH & DISCOUNT➖➖
    ⇲ LIVE DINDONG 48 BALL
    ⇲ BONUS CASHBACK UP 5%
    ⇲ BONUS PRIZE 2 & PRIZE 3
    ⇲ BONUS NEW MEMBER 10RB
    ⇲ BONUS REFFERAL 2%
    ⇲ BONUS LUCKY DRAW JP500RB
    ⇲ BBFS READY !
    Melayani support bank : BCA | MANDIRI | BNI | BRI
    Info Lebih lanjut silahkan Kunjungi website Kami
    Bertanya kepada CS yang bertugas ...
    ➖➖KONSULTASI➖➖
    ★Pin BBM2 : D1A279B6
    ★Whatsapp : +85598291698
    ★Facebook : OfficialPOIN4D
    ★IDLine : POIN4D
    🔘 KEPUASAN ANDA TUJUAN UTAMA KAMI!!!

    BalasHapus