BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seiring
dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan
hasil yang positif diberbagai bidang, seperti adanya kemajuan ekonomi, perbaikan
lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang
medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan
penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah
penduduk lanjut usia (lansia) meningkat dan peningkatan ini cenderung lebih
cepat (Pudjiastuti, 2003).
Perkembangan jumlah penduduk lanjut usia
(lansia) di dunia, menurut perkiraan World
Health Organitation (WHO) sampai tahun 2050 akan meningkat ± 600 juta menjadi 2 milyar lansia, dan Asia merupakan wilayah yang
paling banyak mengalami perubahan komposisi penduduk,dan 25 tahun kedepan
populasi lansia akan bertambah sekitar 82
persen (http://www.world health ).
Penduduk lansia di Indonesia tahun 2009
sebesar 19 juta jiwa, dengan usia harapan hidup 66,2 tahun, tahun 2010 sebesar
21,2 juta jiwa, dengan usia harapan hidup 66,8 tahun, tahun 2010 diperkirakan
jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan usia harapan hidupnya 67,4 tahun
dan pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan sebesar 28,8 juta jiwa dengan
usia harapan hidup 71,1 tahun. (Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat,
2009).
Jumlah lansia di Propinsi Bali terjadi
peningkatan dari tahun 2007 sebanyak 298.000 orang, tahun 2008 sebanyak 308.000
orang, dan tahun 2009 sebanyak 336.000 orang (Kuswardhani, 2009).
Lanjut usia (lansia) dikelompokkan
menjadi lansia awal yaitu umur antara 55–74 tahun, lansia pertengahan umur
antara 75-84 tahun dan lansia sangat tua umur 85 tahun keatas (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2005). Lansia sebagai
tahap akhir siklus perkembangan manusia merupakan
bagian dari proses alamiah kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan
dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak
perubahan, baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai
fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik
sebagai bagian dari proses penuaan yang normal, seperti berkurangnya ketajaman
panca indera, menurunnya daya tahan tubuh merupakan ancaman bagi integritas
orang usia lanjut. Hal lain yang sering dihadapi lansia adalah kehilangan peran
diri, kedudukan sosial serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai.
Kondisi diatas menyebabkan orang usia lanjut menjadi lebih rentan untuk
mengalami problem mental, salah satunya adalah depresi (Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia,
2005).
Depresi
merupakan suatu gangguan afektif yang ditandai dengan hilangnya minat atau
kesenangan dalam aktivitas-aktivitas yang biasa dan pada waktu yang lampau.Terjadinya
depresi pada usia lanjut merupakan interaksi faktor biologik, psikologik dan
sosial. Faktor sosial adalah berkurangnya interaksi sosial, kesepian, berkabung
dan kemiskinan dapat mencetuskan depresi. Dituju dari aspek biologic, usia lanjut, akan mengalami
kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel saraf maupun zat neurotransmiter,
resiko genetik maupun adanya penyakit tertentu seperti kanker, DM, stroke
memudahkan terjadinya gangguan depresi. Sedangkan faktor psikologik yang
berperan dalam timbulnya depresi adalah rasa rendah diri, kurang percaya diri,
dan masalah kepribadian (Maramis, 2005).
Secara
umum insiden depresi pada wanita lebih tinggi dibanding pria adalah 1 : 2
dengan angka morbiditas pada pria adalah 4 - 8 per 1000 kelahiran hidup
(Morgan,2000). Pada lansia, prevalensi depresi diperkirakan 15 persen dari populasi usia lanjut dan diduga
sekitar 60 persen dari pasien di unit geriatri menderita depresi. Pada tahun 2020 depresi akan menduduki
urutan teratas di negara berkembang, termasuk Indonesia (Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia,2000). Menurut The
National Old People's Welfare Council di Inggris yang dikutip oleh Nugroho
(2000) menyatakan bahwa depresi merupakan salah satu penyakit atau gangguan
umum pada lansia yang menduduki ranking teratas.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kuswardhani (2009)
menyatakan jumlah lansia di Propinsi Bali yang mengalami depresi dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan, tahun 2007 sebanyak 10,2 persen,
tahun 2008 sebanyak 11,8 persen dan
tahun 2009 sebanyak 13,5 persen. Saat ini gangguan depresi pada usia lanjut kurang dipahami sehingga
banyak kasus depresi pada usia lanjut tidak dikenali dan tidak diobati.
Bentuk
tindakan keperawatan yang dapat dilakukan seorang perawat pada lansia dengan
depresi dapat diberikan beberapa terapi antara lain: terapi kognitif dan
perilaku atau cognitif behavior therapy, reminiscence therapy dan
kombinasi Interpersonal Therapy (IPT) dan medikasi. Salah satu terapi
kognitif-perilaku (Cognitive BehaviourTherapy/CBT) yang dapat diberikan
pada lansia yang mengalami depresi adalah psikoedukasi keluarga (Viedebeck,
2008). Psikoedukasi keluarga adalah salah satu bentuk terapi keluarga yang
dapat diberikan kepada lansia dan keluarga (caregiver). Tujuan umum dari
pemberian psikoedukasi keluarga adalah terjadinya penurunan intensitas emosi
dalam keluarga, meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penyakit melalui
edukasi tentang upaya dan tanda gejala dari perilaku yang dapat mendukung
kekuatan keluarga (Stuart & Laraia, 2005). Penelitian terkait tentang
pengaruh psikoedukasi keluarga sudah
banyak dilakukan antara lain pada klien dengan kondisi penyakit terminal,
kondisi penyakit kronik, berduka, depresi, Post Trauma Syndome Distres (PTSD),
ketergantungan alkohol, gangguan kepribadian, obsessive compulsive disorderdan
Phobia (Bastaman, 2007). Berdasarkan hal tersebut maka psikoedukasi
keluarga dapat digunakan sebagai terapi untuk klien yang memiliki masalah
depresi.
Keluarga
adalah komunitas kecil yang terdekat lansia, keluarga merupakan pendukung utama
dalam memberikan perawatan terhadap lansia yang tinggal di rumah, ketika stressor
keluarga terjadi maka sistem saling asuh merupakan subjek gangguan, jika
gangguan terjadi maka akan muncul kecendrungan untuk timbulnya ketegangan antar
pribadi. Stresor ini dapat terjadi di rumah sebagai tempat tinggal klien dan
tempat yang paling baik bagi lansia.Jadi disini tampak bahwa lansia yang berada
di rumah bersama keluarga juga bisa mengalami depresi dan memerlukan suatu tindakan
untuk keluarga dan lansia untuk dalam mengatasi masalah lansia dan keluarga (caregiver)
itu sendiri (Friedman, 2010).
Penelitian
Family Psyhcoeducation (psikoedukasi keluarga) oleh Wardaningsih (2007)
mengemukakan bahwa terdapat pengaruh Family psikoedukasi terhadap beban
dan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi. Psikoedukasi
keluarga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga serta menurunkan beban
subjektif keluarga. Penelitian Nurbani (2008) menyatakan bahwa psikoedukasi
keluarga dapat menurunkan beban keluarga dalam merawat klien dengan masalah
penyakit fisik (stroke), penelitian Sari (2009) menyatakan bahwa Family
Psychoeducation dapat menurunkan beban keluarga secara bermakna dan
meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor keluarga dalam merawat klien
pasung. Berdasarkan ketiga penelitian tersebut menunjukkan bahwa psikoedukasi
keluarga sangat dibutuhkan dan berrpengaruh bagi keluarga yang memiliki anggota
keluarga yang memiliki gangguan jiwa maupun masalah psikososial.
Lansia
yang mengalami depresi di masyarakat perlu diberikan suatu tindakan keperawatan
untuk mengatasi masalah lansia dan keluarganya. Hal ini sejalan dengan kebijakan
tentang kesehatan geriatrik (lansia) di komunitas (Community Based Geriatric
Service) yaitu adanya pembinaan kesehatan dan kemampuan untuk mandiri serta
pemberdayaan masyarakat, peran keluarga dan masyarakat, kemitraan dengan LSM
dan swasta (Kemenkes RI, 2011).
Berdasarkan
dari hasil studi pendahuluan di Puskesmas Selemadeg, pada bulan Januari sampai
Februari 2013 dari 719 lansia terdapat 28 (4%) lansia yang mengalami gejala yang
mengarah ke depresi terutama karena kelemahan fisik, perubahan kondisi kesehatan
pada lansia yang menurun, gangguan komunikasi dan interaksi mengakibatkan
lansia tidak mampu melakukan aktivitas sepertibiasa, sangat tergantung kepada
anggota keluarga sehingga mengakibatkan lansia cenderung berada di rumah dengan
tidak melakukan aktivitas. Selain kepada lansia peneliti juga mewawancarai
salah satu anggota keluarga caregiver yang sehari-hari merawat lansia
tersebut, dan didapatkan bahwa caregiver mengeluh dengan kondisi lansia
yang seperti anak kecil lagi, mudah tersinggung, emosi labil, sering mengeluh
gangguan fisik, membutuhkan perhatian lebih. Caregiver yang sehari-hari
merawat lansia terkadang hanya membiarkan kondisi lansia tersebut karena
menganggap hal yang wajar dialami oleh sebagian besar lansia. Selain itu caregiver
tidak tahu bagaimana cara memberikan kebutuhan dan merawat lansia dengan
kondisi depresi tersebut.
Data
yang peneliti dapatkan di Wilayah kerja Puskesmas Selemadeg, menunjukkan lansia
yang berumur > 60 usia tahun terdeteksi cukup banyak sekitar 4% mengalami
gangguan mental emosional (Depresi) dan kurang pengetahuan caregiver terkait
perubahan lansia karena proses menua, masalah yang dialami lansia dan caregiver
maka perlu adanya suatu upaya pelayanan asuhan keperawatan. Salah satu
pelayanan asuhan tersebut dapat diberikan melalui terapi keluarga yaitu
psikoedukasi keluarga
Berdasarkan uraian di atas mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian tentang
“pengaruh psikoedukasi keluarga terhadap kemampuan keluarga merawat lansia yang
mengalami depresi di Puskesmas Selemadeg Tabanan Tahun 2013”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti
merumuskan masalah “Apakah ada pengaruh psikoedukasi keluarga terhadap kemampuan keluarga
merawat lansia yang mengalami depresi di Puskesmas Selemadeg Tabanan Tahun 2013
?”.
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh
psikoedukasi keluarga terhadap kemampuan keluarga merawat lansia yang mengalami
depresi.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengidentifikasi
kemampuan keluarga merawat lansia yang mengalami depresi sebelum diberikan psikoedukasi.
b.
Mengidentifikasi
kemampuan keluarga merawat lansia yang mengalami depresi setelah diberikan
psikoedukasi.
c.
Menganalisis
pengaruh psikoedukasi keluarga terhadap kemampuan keluarga merawat lansia yang mengalami
depresi
D. Manfaat Penelitian
Penelitian
ini mempunyai beberapa manfaat antara lain:
1.
Manfaat Praktis
a.
Bagi
Institusi Kesehatan (Puskesmas)
Hasil penelitian yang didapatkan dalam penelitian
ini dapat digunakan sebagai informasi dasar oleh peneliti lain dalam
melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan depresi pada lansia
b.
Bagi Perawat Komunitas
Penerapan
psikoedukasi keluarga dapat dijadikan sebagai salah satu upaya perawat
komunitas dalam melakukan asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami
depresi.
2.
Manfaat Teoritis
a.
Dapat
digunakan sebagai proses pembelajaran dan menambah khasanah ilmu keperawatan
gerontik khususnya di bidang keperawatan. Hasil penelitian ini juga diharapkan
dapat sebagai acuan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan depresi pada
lansia.
b.
Penelitian diharapkan berguna
sebagai evidence based untuk penelitian selanjutnya dalam upaya penanganan
lansia yang mengalami depresi.
E. Keaslian Penelitian
Berkaitan dengan judul di atas, peneliti
menyampaikan dua penelitian lain sebagai perbandingan. Penelitian
tersebut ialah;
1.
Handayani (2003), meneliti
tentang Hubungan Tingkat Kemampuan Dalam Aktivitas Dasar Sehari–hari Dengan
Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia Yang Tinggal di PSTW Yogyakarta Unit Abiyoso. Penelitian
ini merupakan penelitian korelasi non eksperimental dengan menggunakan rancangan
cross sectional, dengan subjek
penelitian adalah lansia yang tinggal di PSTW Yogyakarta Unit Abiyoso sebanyak
30 orang. Penelitian ini menggunakan skala L-MMPI, GDS dan Barthel Indeks, Hasil
uji statistik didapatkan p = 0.001 < 0,05 menunjukkan ada hubungan antara
tingkat kemampuan aktivitas dasar dengan tingkat depresi pada lanjut usia yang tinggal di PSTW Yogyakarta Unit Abiyoso.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terletak
pada variabel terikat dan subyek penelitian, sedangkan perbedaan terletak pada
variabel bebasnya, jumlah sampel dan tempat penelitian. Kelemahan penelitian
ini adalah peneliti belum optimal bisa menyendalikan
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian depresi dan tidak mengumpulkan data
tentang karakteristik lansia yang dapat mempengaruhi terjadinya depresi.
Kendala yang dihadapi oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini adalah peneliti
harus mendampingi responden untuk menjelaskan setiap poin pertanyaan dalam
kuesioner, mengingat intrumen yang digunakan merupakan intrumen Bahasa Inggris
yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia
2.
Nugraheni
(2005), meneliti tentang Pengaruh Terapi Tertawa terhadap Depresi Pada Usia
Lanjut di Wirosaban, RW XIV, Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta. Penelitian ini
merupakan penelitian pra eksperimen pretest-posttest. Subjek
penelitian adalah lanjut usia yang aktif dalam posyandu lansia di Wirosaban, RW
XIV, Sorosutan,Umbulharjo, Yogyakarta sebanyak 43 sampel. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah GDS, SPMSQ, dan standar permainan Sumarni
(2001), sedangkan hasil yang didapatkan p = 0.003< 0,05 menunjukkan ada
perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah dilakukan terapi tertawa. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terletak pada
variabel terikatnya, sedangkan perbedaan terletak pada variabel bebas,
rancangan penelitian subjek penelitian, jumlah sampel dan instrument penelitian.
Kelemahan dari penelitian ini adalah tidak menggunakan kelompok kontrol
sehingga hasil penelitian yang dilakukan pada kelompok eksperimen tidak ada
pembanding dengan kelompok sampel yang lain. Kendala yang dihadapi oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini adalah
Dalam pengumpulan data, tidak semua lansia antusias mengikuti terapi tertawa
hal ini mengakibatkan peneliti dan enumerator harus beberapa kali membujuk
lansia agar datang saat pelaksanaan terapi tertawa.
3. Fathra Annis Nauli meneliti tentang pengaruh logoterapi dan
psikoedukasi keluarga terhadap depresi dan kemampuan memaknai hidup pada lansia
dikelurahan Katulampa Bogor Timur. Perbedaan penelitian terdahulu dan yang akan
penulis teliti adalah pada variabel bebas peneliti terdahulu memakai logoterapi
dan psikoedukasi keluarga sedangkan penelitian sekarang peneliti menggunakan psikoedukasi
keluarganya saja. Persamaan dari penelitian terdahulu dan sekarang yaitu pada
variabel terikat sama – sama meneliti pasien yang mengalami depresi pada
lansia.
POIN4D ADALAH SALAH SATU SITUS / BANDAR TOGEL ONLINE YANG AMAN DAN TERPERCAYA!
BalasHapusBERGABUNG DAN BERMAIN DI POIN4D , ANDA BISA RASAKAN KEPUASAN DAN KENYAMANAAN NYA!
RAIH DISCOUNT & PROMONYA SEKARANG JUGA!!! BURUAN DAFTAR KUNJUNGI SITUSNYA DISINI LINK :
www•4DPOIN•com | www•4DPOIN•org | www•4DPOIN•net
➖6 PASARAN TOGEL➖
📽️ LIVE DD48 DINDONG
☑ SYDNEY POOLS
☑ RAJA AMPAT POOLS
☑ SINGAPORE POOLS
☑ BALI POOLS
☑ IBIZA POOLS
☑ HONGKONG POOLS
➖➖HADIAH & DISCOUNT➖➖
⇲ LIVE DINDONG 48 BALL
⇲ BONUS CASHBACK UP 5%
⇲ BONUS PRIZE 2 & PRIZE 3
⇲ BONUS NEW MEMBER 10RB
⇲ BONUS REFFERAL 2%
⇲ BONUS LUCKY DRAW JP500RB
⇲ BBFS READY !
Melayani support bank : BCA | MANDIRI | BNI | BRI
Info Lebih lanjut silahkan Kunjungi website Kami
Bertanya kepada CS yang bertugas ...
➖➖KONSULTASI➖➖
★Pin BBM2 : D1A279B6
★Whatsapp : +85598291698
★Facebook : OfficialPOIN4D
★IDLine : POIN4D
🔘 KEPUASAN ANDA TUJUAN UTAMA KAMI!!!