BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sistem
Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK) bagi perawat dan bidan di rumah
sakit dan Puskesmas, merupakan salah satu upaya yang telah dirintis dalam
rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan perawat dan bidan dilapangan
klinis. Sistem dan model yang dikembangkan dalam SPMKK adalah sesuatu yang baru
di Indonesia dan mempunyai daya ungkit yang cukup tinggi untuk mendorong
perawat dan bidan dalam meningkatkan tanggung jawab dan akuntabilitas secara
profesional.
Dalam
konsep SPMKK ada lima hal yang menjadi fokus kegiatan dan saling menunjang
antara lain : standar, deskripsi pekerjaan, indikator kinerja, refleksi diskusi
kasus, sistem monitoring dan pelatihan keterampilan manajerial. Tujuan dari
penyusunan pedoman dan instrumen penerapan SPMKK ini adalah untuk memberikan
gambaran yang jelas bagi pelatih dalam menerapkan SPMKK, sehingga pengembangan
dan kesinambungan SPMKK akan tetap dapat dipertahankan dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan khususnya dan pelayanan kesehatan umumnya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang rumusan masalahnya yaitu :
1.
Pengertian
IKK
2.
Tujuan
IKK
3.
Manfaat
IKK
4.
Langkah-langkah
menyusun Indikator Kinerja Klinis
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian IKK
2.
Untuk
mengetahui tujuan dari IKK
3.
Untuk
mengetahui manfaat IKK
4.
Untuk
mengetahui langkah-langkah menyusun IKK
BAB II
INDIKATOR KINERJA KUNCI
A.
Pengertian IKK
Kinerja (performance) menjadi isu dunia, hal tersebut terjadi sebagai
konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan prima atau bermutu
tinggi. Mutu identik atau tidak terpisahkan dari standar. Dalam sistem
manajemen kinerja, setelah langkah – langkah dalam Performance Awareness dilaksanakan, maka program penting kedua
adalah Performance Measurement, yaitu
bagaimana mengukur kinerja. Mengukur kinerja dapat dilakukan
dengan melakukan analisa kinerja melalui
pengukuran indikator kunci (Key Indicator),
analisis kepuasan pelanggan melalui survey, analisa teknologi atau kualitas
suatu produk jasa dalam pelayanan kesehatan dan mengelola penyimpangan. Untuk
mengukur kinerja perawat atau bidan pada tatanan klinis digunakan indikator
kinerja kunci dengan cara melakukan monitoring. Indikator Kinerja Kunci( IKK).
1. IKK adalah variabel untuk mengukur prestasi kegiatan P&B dalam
waktu tertentu. IKK dirumuskan dalam bentuk kuantitas untuk mengukur
pelaksanaan SOP asuhan keperawatan.
2. Variable
untuk mengukur suatu perubahan
baik langsung maupun tidak langsung
(WHO,1981)
3. Variable yang
mengindikasikan/kecenderungan situasi, untuk mengukur perubahan (Green,1992)
4. Pengukuran tidak
langsung suatu peristiwa (event) atau suatu kondisi (Wilson &
Sapanuchart, 1993).
1.
Indikator IKK
Sistem klasifikasi
indikator didasarkan atas kerangka kerja
yang logis dimana kontinum: antara input - output
a.
Indikator In-put: Merujuk pada
sumber-sumber/fasilitas untuk melakukan kegiatan antara lain: personel , alat/fasilitas, informasi, dana,
peraturan/kebijakan
b.
Indikator Proses: Memonitor tugas
atau tindakan / kegiatan yang dilaksanakan
c.
Indikator Out-put/Effect :
Mengukur hasil kegiatan mencakup pengetahuan, sikap, ketrampilan,/perubahan perilaku yang
dihasilkan dari tindakan (jangka pendek)
d.
Indikator Outcome: Mengukur/menilai
perubahan atau dampak suatu program dalam jangka panjang, contoh perubahan
status kesehatan masyarakat.
2.
Tujuan IKK
IKK bertujuan untuk mengidentifikasi
indikator yang tepat untuk suatu tindakan klinik yang memerlukan pertimbangan
yang selektif dan membangun konsensus diantara manajer lini pertama dan staf,
sehingga apa yang akan dimonitor dan dievaluasi akan menjadi jelas bagi kedua
belah pihak.
3. Manfaat IKK
IKK bermanfaat sebagai dasar untuk
melakukan monitoring dan evaluasi pelayanan klinik yang dilakukan petugas kesehatan.
4. Karakteristik Indikator (WHO-DEPKES, 1998)
a. Sahih
(Valid): benar-benar dapat dipakai untuk mengukur aspek yang dinilai
b. Dapat
dipercaya (reliable): mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat yang
berulangkali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.
c. Sensitif:
cukup peka untuk mengukur, sehingga jumlahnya tidak perlu banyak
d. Spesifik:
memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas, tidak tumpang tindih
e. Relevan: sesuai
dengan aspek kegiatan yang diukur dan
kritikal. Contoh perawatan bedah—pre/post -op
5. Langkah-langkah menyusun IKK
a. Pengumpulan data.
Data yang perlu dikumpulkan dalam rangka
menyusun IKK bagi adalah kegiatan-kegiatan asuhan keperawatan yang dilaksanakan
oleh perawat.
b. Penyusunan IKK
Untuk menyusun IKK perlu dilakukan analisis terhadap
sifat tindakan asuhan keperawatan yang dilaksanakan yaitu tindakan yang
bersifat kritis, serta tindakan yang
dilakukan berdasarkan kompetensi. Selanjutnya setiap tindakan tersebut
dianalisis dengan analisis indikator :
input, proses, output dan outcome.
c. Menetapkan IKK
Setelah tersusun rincian dari semua asuhan
keperawatan selanjutnya disepakati oleh perawat dan bidan indikator kuncinya.
Indikator kunci merupakan indikator kinerja klinik yang sangat spesifik dan
sangat urgent.
d. Menyepakati IKK sebagai dasar untuk penilaian dan
evaluasi kinerja.
Setelah tersusun IKK selanjutnya adalah
menyepakati bahwa indikator yang telah disusun akan menjadi area untuk
melakukan penilaian dan evaluasi kinerja klinik. Pada tahapan ini disepakati
bahwa IKK yang disusun sebagai dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi
kinerja.
B. Kinerja
Kinerja
(performance) sama dengan prestasi
kerja. Kinerja mengandung dua komponen penting yaitu kompetensi dan
produktifitas. Kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan sesuai dengan tugas dan
fungsinya (tupoksi) individu. Apa yang terjadi dalam suatu pekerjaan atau
kinerja menekankan apa yang dihasilkan dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan atau
jabatan adalah suatu proses yang mengolah input menjadi output (hasil kerja)
Penggunaan indikator kinerja kunci bersumber dari fungsi-fungsi esensial yang
diterjemahkan kedalam kegiatan /tindakan dengan landasan standar yang jelas dan
tertulis.
1.
Pengertian Kinerja
a. Kinerja: catatan
tentang hasil-hasil
yg diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan / kegiatan dalam kurun waktu tertentu ( Benardin & Russel, 1993).
b. Kinerja: keberhasilan sesorang dalam
melaksanakan suatu pekerjaan (
As’ad, 1991)
c. Kinerja: apa
yang dapat dikerjakan sesuai dengan tugas dan fungsinya (
Gilbert,1977)
d. Kinerja:
penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun
kualitas dalam suatu organisasi ( YASLIS ILYAS,2002).
2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Gibson
(1987) ada tiga faktor penting yang berpengaruh terhadap kinerja seseorang antara lain:
a. Faktor individu mencakup kemampuan, ketrampilan baik pisik
maupun mental, latar belakang kehidupan keluarga, pengalaman, tingkat sosial
dan deografi.
b.
Faktor
psikologis mencakup persepsi individu, peran, sikap, kepribadian (personality)
motivasi, kemauan untuk belajar, dan kepuasan kerja.
c. Faktor organisasi mencakup hal-hal
tentang struktur organisasi, kepemimpinan, SDM, desain pekerjaan, sistem reward
(penghargaan) dan Yaslis Iliyas (2002) menambahkan supervisi & kontrol sebagai bagian
terpenting dalam mengendalikan kinerja.
2.
Tujuan
a. Meningkatkan prestasi kerja staf, baik
secara individu maupun dalam kelompok, setinggi-tingginya. Peningkatan prestasi
kerja perorangan dan pada akhirnya akan mendorong kinerja staf.
b. Merangsang dan menumbuhkan minat dalam
pengembangan pribadi dengan meningkatkan hasil kerja melalui prestasi pribadi.
c. Memberikan kesempatan kepada staf
untuk menyampaikan perasaannya tentang pekerjaannya, sehingga jalur komunikasi
dua arah antara pimpinan dan staf.
3.
Indikator Kinerja Klinis
Pengembangan
dan manajemen kinerja pada dasarnya sebuah proses dalam manajemen sumber daya
manusia. Implikasi dari kata manajemen berarti proses diawali dengan penetapan
tujuan dan berakhir dengan evaluasi. Kata “ klinis” menunjukkan bahwa kegiatan
yang dilaksanakan berada pada tatanan pelayanan klinis langsung untuk memberikan asuhan keperawatan. Secara
garis besar ada lima kegiatan utama yaitu:
a. Merumuskan tanggung jawab dan tugas
yang harus dicapai oleh seorang perawat atau bidan dan disepakati oleh
atasannya. Rumusan ini mencakup kegiatan yang dituntut untuk memberikan kontribusi berupa hasil kerja (out put).
b. Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk
hasil yang harus dicapai dalam kurun waktu tertentu, termasuk penetapan standar
prestasi dan tolok ukurnya.
c. Melakukan monitoring, koreksi,
memfasilitasi serta memberikan kesempatan untuk perbaikan.
d. Menilai prestasi kerja (kinerja)
perawat atau bidan tersebut dengan cara membandingkan prestasi aktual dengan
standar yang telah ditetapkan.
e. Memberikan umpan balik kepada perawat
atau bidan yang dinilai berhubungan dengan seluruh hasil penilaian. Pada
kesempatan tersebut atasan dan staf mendiskusikan kelemahan dan cara
perbaikannya.untuk meningkatkan prestasi kerja berikutnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kinerja (performance) menjadi isu dunia, hal tersebut terjadi sebagai
konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan prima atau bermutu
tinggi. Mutu identik atau tidak terpisahkan dari standar. Dalam sistem
manajemen kinerja, setelah langkah – langkah dalam Performance Awareness dilaksanakan, maka program penting kedua
adalah Performance Measurement, yaitu
bagaimana mengukur kinerja. Mengukur kinerja dapat dilakukan
dengan melakukan analisa kinerja melalui
pengukuran indikator kunci (Key Indicator), analisis kepuasan pelanggan melalui
survey, analisa teknologi atau kualitas suatu produk jasa dalam pelayanan
kesehatan dan mengelola penyimpangan. Untuk mengukur kinerja perawat atau bidan
pada tatanan klinis digunakan indikator kinerja kunci dengan cara melakukan
monitoring Indikator Kinerja Kunci (IKK).
B.
Saran
Indikator Kinerja Klinis sangat penting untuk meningkatkan
kualitas kinerja klinis dalam memberi asuhan kepada pasien secara holistik sehingga perawat harus paham tentang indikator kinerja klinis karena berhubungan dengan peningkatan
kinerja dari tindakan keperwatan yang dilakukan sehari-hari.
INDIKATOR KINERJA KLINIK
Penanggung jawab : Ni Made Juliana Dewi
Tujuan :
Untuk menilai keberhasilan suatu kegiatan pelayanan keperawatan
Deskripsi :
Sistem penilain kinerja klinik dengan indikator kunci
akan memberikan kesempatan kepada manager dan staf untuk melakukan komunikasi
interpersonal yang efektif, sehingga secara bersama-sama dapat dilakukan
evaluasi dan perbaikan yang mengarah pada perbaikan kinerja dan bermuara pada
peningkatan mutu pelayanan.
1.
Persiapan
a.
Menunjuk penanggung jawab IKK
b.
Melakukan perundingan bersama
kepala ruangan untuk menentukan IKK di ruang Arimbi
2.
Pelaksanaan
IKK
sudah ditentukan oleh kelompok dan kepala ruangan di ruangan Arimbi, adapun IKK
yang telah disepakati yaitu pemberian
obat oral dan pemasangan restrain. Pemilihan 10
kompetensi ini untuk dijadikan IKK
yaitu:
Fungsi
|
High Risk
|
High Volume
|
High Cost
|
Problem Prone
|
Skor
|
Pemberian obat
oral
|
4
|
4
|
3
|
4
|
15
|
Pemasangan
restrain
|
4
|
1
|
1
|
4
|
10
|
BHSP
|
1
|
4
|
1
|
4
|
10
|
Cuci tangan
|
4
|
1
|
1
|
4
|
10
|
Terapi Aktivitas Kelompok
|
3
|
1
|
1
|
4
|
9
|
Melatih pasien cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
|
2
|
4
|
1
|
2
|
9
|
Melatih pasien berhubungan dengan orang
lain secara bertahap
|
2
|
3
|
1
|
2
|
8
|
Membimbing pasien melakukan aktivitas
|
4
|
3
|
1
|
2
|
10
|
Membuat discharge planning
|
3
|
1
|
1
|
4
|
9
|
Orientasi pasien baru
|
3
|
1
|
1
|
3
|
8
|
Keterangan :
High Risk : Suatu
tindakan dilakukan atau tidak tetap berisiko.
High Volume : Suatu
kegiatan selalu dilakukan lebih dari 50% dari sasaran atau target.
High Cost : Biaya yang dibutuhkan untuk suatu tindakan
tinggi atau sulit dijangkau.
Problem Prone : Suatu tindakan yang dilakukan berisiko tinggi
tapi tidak disengaja
Skoring :
-
4 : Paling tinggi
-
3 : Tinggi
-
2 : Kurang tinggi
-
1 : Rendah
Key Performance Indicator
Prioritas
|
4 (Kritis)
|
3 (Sangat-sangat Penting)
|
2 (Sangat Penting)
|
1 (Penting)
|
Skor
|
Pemberian obat oral
|
|
√
|
|
|
3
|
Pemasangan restrain
|
√
|
|
|
|
3
|
3.
Evaluasi
a.
Struktur
Persiapan
dilkukan selama 3 hari dimulai dengan penetapan IKK, penetapan dan
konsultastasi dengan kepala ruangan ruang Arimbi.
b.
Proses
Pelaksanaan IKK diawali dengan konsultasi
dengan kepala ruangan tentang kompetensi yang akan dijadikan IKK, dimana
nantinya IKK ini akan dilanjutkan untuk dilakukan monitoring dan evaluasi, dan
pelaksanaan IKK sudah sesuai dengan waktu dan rencana yang direncanakan.
c.
Hasil
1)
Kegiatan IKK diikuti oleh
perawat associate
2)
Kegiatan berjalan dengan lancar
dan tujuan mahasiswa tercapai dengan baik.
3)
Setelah dilakukan IKK
didapatkan hasil bahwa pemberian obat oral dan komunikasi terapeutik merupakan
2 kompetensi yang paling sering dilakukan IKK di ruang Arimbi.
Tidak terdapat kesulitan dalam menentukan IKK diruangan karena
kepala ruangan sudah memfasilitasi dengan baik sehingga kegiatan penentuan IKK
ini berjalan dengan lancar.
5.
Dukungan
Kepala ruangan, pembimbing klinik dan akademik serta konselent
lainnya sangat mendukung pelaksanaan IKK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar