Jumat, 21 Februari 2014

INDIKATOR KINERJA KLINIS (IKK)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinik (SPMKK) bagi perawat dan bidan di rumah sakit dan Puskesmas, merupakan salah satu upaya yang telah dirintis dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan perawat dan bidan dilapangan klinis. Sistem dan model yang dikembangkan dalam SPMKK adalah sesuatu yang baru di Indonesia dan mempunyai daya ungkit yang cukup tinggi untuk mendorong perawat dan bidan dalam meningkatkan tanggung jawab dan akuntabilitas secara profesional.
Dalam konsep SPMKK ada lima hal yang menjadi fokus kegiatan dan saling menunjang antara lain : standar, deskripsi pekerjaan, indikator kinerja, refleksi diskusi kasus, sistem monitoring dan pelatihan keterampilan manajerial. Tujuan dari penyusunan pedoman dan instrumen penerapan SPMKK ini adalah untuk memberikan gambaran yang jelas bagi pelatih dalam menerapkan SPMKK, sehingga pengembangan dan kesinambungan SPMKK akan tetap dapat dipertahankan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya dan pelayanan kesehatan umumnya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang rumusan masalahnya yaitu :
1.      Pengertian IKK
2.      Tujuan IKK
3.      Manfaat IKK
4.      Langkah-langkah menyusun Indikator Kinerja Klinis

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian IKK
2.      Untuk mengetahui tujuan dari IKK
3.      Untuk mengetahui manfaat IKK
4.      Untuk mengetahui langkah-langkah menyusun IKK




BAB II
INDIKATOR  KINERJA KUNCI 

A.    Pengertian IKK
Kinerja (performance) menjadi isu dunia, hal tersebut terjadi sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan prima atau bermutu tinggi. Mutu identik atau tidak terpisahkan dari standar. Dalam sistem manajemen kinerja, setelah langkah – langkah dalam Performance Awareness dilaksanakan, maka program penting kedua adalah Performance Measurement, yaitu bagaimana mengukur kinerja. Mengukur kinerja dapat dilakukan dengan melakukan  analisa kinerja melalui pengukuran indikator kunci (Key Indicator), analisis kepuasan pelanggan melalui survey, analisa teknologi atau kualitas suatu produk jasa dalam pelayanan kesehatan dan mengelola penyimpangan. Untuk mengukur kinerja perawat atau bidan pada tatanan klinis digunakan indikator kinerja kunci dengan cara melakukan monitoring. Indikator Kinerja Kunci( IKK).
1.      IKK adalah variabel untuk mengukur prestasi kegiatan P&B dalam waktu tertentu. IKK dirumuskan dalam bentuk kuantitas untuk mengukur pelaksanaan SOP asuhan keperawatan.
2.      Variable untuk mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung
      (WHO,1981)
3.      Variable yang mengindikasikan/kecenderungan situasi, untuk mengukur  perubahan (Green,1992)
4.      Pengukuran tidak langsung suatu peristiwa (event) atau suatu kondisi (Wilson & Sapanuchart, 1993).

1.      Indikator IKK
Sistem  klasifikasi  indikator  didasarkan  atas kerangka   kerja  yang logis dimana  kontinum:  antara input  - output
a.       Indikator In-put: Merujuk pada sumber-sumber/fasilitas untuk melakukan kegiatan antara lain:  personel , alat/fasilitas, informasi, dana, peraturan/kebijakan
b.      Indikator Proses:   Memonitor tugas atau tindakan / kegiatan yang dilaksanakan
c.       Indikator Out-put/Effect : Mengukur hasil kegiatan mencakup pengetahuan, sikap,  ketrampilan,/perubahan perilaku yang dihasilkan dari tindakan (jangka pendek)
d.      Indikator Outcome: Mengukur/menilai perubahan atau dampak suatu program dalam jangka panjang, contoh perubahan status  kesehatan  masyarakat.

2.      Tujuan IKK
IKK bertujuan untuk mengidentifikasi indikator yang tepat untuk suatu tindakan klinik yang memerlukan pertimbangan yang selektif dan membangun konsensus diantara manajer lini pertama dan staf, sehingga apa yang akan dimonitor dan dievaluasi akan menjadi jelas bagi kedua belah pihak.

3.      Manfaat IKK
IKK bermanfaat sebagai dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi pelayanan klinik yang dilakukan petugas kesehatan.

4.      Karakteristik Indikator (WHO-DEPKES, 1998)
a.       Sahih (Valid): benar-benar dapat dipakai untuk mengukur aspek yang dinilai
b.      Dapat dipercaya (reliable): mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat yang berulangkali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.
c.       Sensitif: cukup peka untuk mengukur, sehingga jumlahnya tidak perlu banyak
d.      Spesifik: memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas, tidak tumpang tindih
e.       Relevan: sesuai dengan aspek kegiatan  yang diukur dan kritikal. Contoh perawatan bedah—pre/post -op

5.      Langkah-langkah menyusun IKK
a.       Pengumpulan data.
Data yang perlu dikumpulkan dalam rangka menyusun IKK bagi adalah kegiatan-kegiatan asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat.
b.      Penyusunan IKK
Untuk menyusun IKK perlu dilakukan analisis terhadap sifat tindakan asuhan keperawatan yang dilaksanakan yaitu tindakan yang bersifat kritis, serta tindakan yang  dilakukan berdasarkan kompetensi. Selanjutnya setiap tindakan tersebut dianalisis dengan analisis indikator : input, proses, output dan outcome.


c.       Menetapkan IKK
Setelah tersusun rincian dari semua asuhan keperawatan selanjutnya disepakati oleh perawat dan bidan indikator kuncinya. Indikator kunci merupakan indikator kinerja klinik yang sangat spesifik dan sangat urgent.
d.      Menyepakati  IKK sebagai dasar untuk penilaian dan evaluasi kinerja.
Setelah tersusun IKK selanjutnya adalah menyepakati bahwa indikator yang telah disusun akan menjadi area untuk melakukan penilaian dan evaluasi kinerja klinik. Pada tahapan ini disepakati bahwa IKK yang disusun sebagai dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi kinerja.

B.     Kinerja
Kinerja (performance) sama dengan prestasi kerja. Kinerja mengandung dua komponen penting yaitu kompetensi dan produktifitas. Kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan sesuai dengan tugas dan fungsinya (tupoksi) individu. Apa yang terjadi dalam suatu pekerjaan atau kinerja menekankan apa yang dihasilkan dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan atau jabatan adalah suatu proses yang mengolah input menjadi output (hasil kerja) Penggunaan indikator kinerja kunci bersumber dari fungsi-fungsi esensial yang diterjemahkan kedalam kegiatan /tindakan dengan landasan standar yang jelas dan tertulis.
1.      Pengertian Kinerja
a.       Kinerja: catatan tentang hasil-hasil yg diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan / kegiatan dalam kurun waktu tertentu  ( Benardin & Russel, 1993).
b.      Kinerja:  keberhasilan sesorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan ( As’ad, 1991)
c.       Kinerja: apa yang dapat dikerjakan sesuai dengan tugas dan fungsinya ( Gilbert,1977)
d.      Kinerja: penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi ( YASLIS ILYAS,2002).

2.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Gibson (1987) ada tiga faktor penting yang berpengaruh terhadap kinerja seseorang   antara lain:
a.       Faktor individu  mencakup kemampuan, ketrampilan baik pisik maupun mental, latar belakang kehidupan keluarga, pengalaman, tingkat sosial dan deografi.
b.      Faktor psikologis mencakup persepsi individu, peran, sikap, kepribadian (personality) motivasi, kemauan untuk belajar, dan kepuasan kerja.
c.       Faktor organisasi mencakup hal-hal tentang struktur organisasi, kepemimpinan, SDM, desain pekerjaan, sistem reward (penghargaan) dan Yaslis Iliyas (2002) menambahkan  supervisi & kontrol sebagai bagian terpenting dalam mengendalikan kinerja.

2.      Tujuan
a.       Meningkatkan prestasi kerja staf, baik secara individu maupun dalam kelompok, setinggi-tingginya. Peningkatan prestasi kerja perorangan dan pada akhirnya akan mendorong kinerja staf.
b.      Merangsang dan menumbuhkan minat dalam pengembangan pribadi dengan meningkatkan hasil kerja melalui prestasi pribadi.
c.       Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyampaikan perasaannya tentang pekerjaannya, sehingga jalur komunikasi dua arah antara pimpinan dan staf.

3.      Indikator Kinerja Klinis
Pengembangan dan manajemen kinerja pada dasarnya sebuah proses dalam manajemen sumber daya manusia. Implikasi dari kata manajemen berarti proses diawali dengan penetapan tujuan dan berakhir dengan evaluasi. Kata “ klinis” menunjukkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan berada pada tatanan pelayanan klinis langsung  untuk memberikan asuhan keperawatan. Secara garis besar ada lima kegiatan utama yaitu:
a.       Merumuskan tanggung jawab dan tugas yang harus dicapai oleh seorang perawat atau bidan dan disepakati oleh atasannya. Rumusan ini mencakup kegiatan yang dituntut  untuk memberikan kontribusi  berupa hasil kerja (out put).
b.      Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai dalam kurun waktu tertentu, termasuk penetapan standar prestasi dan tolok ukurnya.
c.       Melakukan monitoring, koreksi, memfasilitasi serta memberikan kesempatan untuk perbaikan.
d.      Menilai prestasi kerja (kinerja) perawat atau bidan tersebut dengan cara membandingkan prestasi aktual dengan standar yang telah ditetapkan.
e.       Memberikan umpan balik kepada perawat atau bidan yang dinilai berhubungan dengan seluruh hasil penilaian. Pada kesempatan tersebut atasan dan staf mendiskusikan kelemahan dan cara perbaikannya.untuk meningkatkan prestasi kerja berikutnya.
































BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kinerja (performance) menjadi isu dunia, hal tersebut terjadi sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan prima atau bermutu tinggi. Mutu identik atau tidak terpisahkan dari standar. Dalam sistem manajemen kinerja, setelah langkah – langkah dalam Performance Awareness dilaksanakan, maka program penting kedua adalah Performance Measurement, yaitu bagaimana mengukur kinerja. Mengukur kinerja dapat dilakukan dengan melakukan  analisa kinerja melalui pengukuran indikator kunci (Key Indicator), analisis kepuasan pelanggan melalui survey, analisa teknologi atau kualitas suatu produk jasa dalam pelayanan kesehatan dan mengelola penyimpangan. Untuk mengukur kinerja perawat atau bidan pada tatanan klinis digunakan indikator kinerja kunci dengan cara melakukan monitoring Indikator Kinerja Kunci (IKK).

B.     Saran
Indikator Kinerja Klinis sangat penting untuk meningkatkan kualitas kinerja klinis dalam memberi asuhan kepada pasien secara holistik sehingga perawat harus paham tentang indikator kinerja klinis karena berhubungan dengan peningkatan kinerja dari tindakan keperwatan yang dilakukan sehari-hari.














INDIKATOR KINERJA KLINIK

Penanggung jawab      : Ni Made Juliana Dewi
Tujuan                         : Untuk menilai keberhasilan suatu kegiatan pelayanan keperawatan
Deskripsi                     :
Sistem penilain kinerja klinik dengan indikator kunci akan memberikan kesempatan kepada manager dan staf untuk melakukan komunikasi interpersonal yang efektif, sehingga secara bersama-sama dapat dilakukan evaluasi dan perbaikan yang mengarah pada perbaikan kinerja dan bermuara pada peningkatan mutu pelayanan.

1.      Persiapan
a.     Menunjuk penanggung jawab IKK
b.    Melakukan perundingan bersama kepala ruangan untuk menentukan IKK di ruang Arimbi

2.      Pelaksanaan
IKK sudah ditentukan oleh kelompok dan kepala ruangan di ruangan Arimbi, adapun IKK yang telah disepakati yaitu  pemberian obat oral dan pemasangan restrain. Pemilihan 10 kompetensi ini untuk dijadikan  IKK yaitu:
Fungsi
High Risk
High Volume
High Cost
Problem Prone
Skor
Pemberian obat oral
4
4
3
4
15
Pemasangan restrain
4
1
1
4
10
BHSP
1
4
1
4
10
Cuci tangan
4
1
1
4
10
Terapi Aktivitas Kelompok
3
1
1
4
9
Melatih pasien cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
2
4
1
2
9
Melatih pasien berhubungan dengan orang lain secara bertahap
2
3
1
2
8
Membimbing pasien melakukan aktivitas
4
3
1
2
10
Membuat discharge planning
3
1
1
4
9
Orientasi pasien baru
3
1
1
3
8


Keterangan :
High Risk              :  Suatu tindakan dilakukan atau tidak tetap berisiko.
High Volume         :  Suatu kegiatan selalu dilakukan lebih dari 50% dari sasaran atau target.
High Cost               : Biaya yang dibutuhkan untuk suatu tindakan tinggi atau sulit dijangkau.
Problem Prone       :  Suatu tindakan yang dilakukan berisiko tinggi tapi tidak disengaja

Skoring :
-          4  : Paling tinggi
-          3  : Tinggi
-          2  : Kurang tinggi
-          1  : Rendah
Key Performance Indicator
Prioritas
4 (Kritis)
3 (Sangat-sangat Penting)
2 (Sangat Penting)
1 (Penting)
Skor
Pemberian obat oral



3
Pemasangan restrain



3

3.      Evaluasi
a.       Struktur
Persiapan dilkukan selama 3 hari dimulai dengan penetapan IKK, penetapan dan konsultastasi dengan kepala ruangan ruang Arimbi.
b.      Proses
Pelaksanaan IKK diawali dengan konsultasi dengan kepala ruangan tentang kompetensi yang akan dijadikan IKK, dimana nantinya IKK ini akan dilanjutkan untuk dilakukan monitoring dan evaluasi, dan pelaksanaan IKK sudah sesuai dengan waktu dan rencana yang direncanakan.
c.       Hasil
1)      Kegiatan IKK diikuti oleh perawat associate
2)      Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan baik.
3)      Setelah dilakukan IKK didapatkan hasil bahwa pemberian obat oral dan komunikasi terapeutik merupakan 2 kompetensi yang paling sering dilakukan IKK di ruang Arimbi.
4.      Hambatan
Tidak terdapat kesulitan dalam menentukan IKK diruangan karena kepala ruangan sudah memfasilitasi dengan baik sehingga kegiatan penentuan IKK ini berjalan dengan lancar.
5.      Dukungan
Kepala ruangan, pembimbing klinik dan akademik serta konselent lainnya sangat mendukung pelaksanaan IKK.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar